Advertise

Rabu, 13 September 2023

PENDIDIKAN DAN PEMBENTUKAN KARAKTER BERBASIS PESANTREN DALAM TANTANGAN ZAMAN

BAB I


A.  Penjelasan Judul
            Manusia adalah makhluk yang berpotensi untuk didik secara baik dan bekelanjutan. Ia memilik tubuh yang sempurna, berbagai potensi yang siap dikembangkan, seperti potensi kehidupan, potensi sosial, potensi moral, potensi intelektual dan sebagainya.
            Manusia lahir ke dunia memang tanpa mengerti apa-apa, meski diberikan modal akal, indera, hati, dsb. Pada awal kehidpannya manusia lahir tanpa pengetahuan apa-apa lalu dengan melalui indera sedikit demi sedikit tranformasi pengetahuan berlangsung. Allah SWT, berfirman :

وَاللّهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْ بُطُوْنِ أُمَّهتِكُمْ لاَتَعْلَمُوْنِ شَيْئًا وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَا لاَ بْصَارَوَالاَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya : Dan Allah mengeluarkan-mu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur[1]
            Pendidikan dimulai dari awal kehidupan kita hingga ajal menjemput. Pendidikan dapat belangsung dimana saja baik secara formal maupun secara non formal. Begitu manusia mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya maka saat itu juga ia telah siap dalam menerima proses pendidikan secara berkelanjutan. Islam menekankan bahwa betapa pentingnya pendidikan hingga akhir hayat.

B.  Penegasan Judul
            Pendidikan adalah hak atau kewajiban bagi setiap muslim, secara hakikatnya tidak ada manusia yang dilahirkan ke dunia ini dengan keadaan berilmu.
Dalam sebuah mahfudhat disebutkan :
تعلم فليس المرء يولدعالما و ليس اخوعلم كمن هوجاهلا
            “Belajarlah, karena tak seorang terlahir dalam keadaan berilmu. Tidaklah sama, antara orang yang berilmu dengan orang yang bodoh”
Pendidikan dinilai sangat penting dalam berperan sebagai pembentukan karakter seseorang untuk menjadi lebih baik dan berakhlak mulia. Apalagi, di zaman yang modern atau lebih dikenalnya dengan zaman milenial. Maka, dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kejam, maka kita perlu meningkatkan dan menjaga diri kita dengan menjaga iman dan meningkatkan pendidikan dalam hidup bahkan hingga akhir hayat.
            Pendidikan dapat ditempuh dengan berbagai cara, tidak hanya kegiatan formal saja di dalam kelas. Namn dapat dilakukan dimana saja, semasa terdapat tranformasi ilmu dari pendidik ke peserta didik. Baik melalui dakwah, kegitan formal di sekolah, tulisan, media sosial dan sebagainya.
            Seperti telah dijelaskan diatas bahwa manusia lahir tanpa pengetahuan sesuatu. Kognitifnya masih kosong, tetapi membawa potensi-potensi yang siap diaktualisasikan dan dikembangkan. Apa yang dilihat, didengar dan dialami akan diimitasi dan menjadi pengetahuan serta pemahaman tentang kehidupan dan aktivitas kehidupan.
            Namun, dari segala aspek pendidikan. Tujuan yang terpentingnya adalah membentuk seseorang untuk memiliki watak dan karakter yang berakhlakul kharimah dan berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Maka, dari itu dipilihlah sebuah judul yang membahas tentang ‘Pendidikan dan Pembentukan Karekter Berbasis Pesantren Dalam Tantangan Zaman’

C.  Tujuan pembahasan
Dalam setiap mengatasi permasalah, pastinya terdapat juga tujuan yang dimaksud ataupun yang dikehendaki. Maka, tujuan dari pembahasan tersebut adalah :
1.      Pendidikan dalam pandangan islam dan Al-Qur’an
2.      Peran Pesantren dalam proses pendidikan
3.      Pembentukan karakter akhir dari tujuan pendidikan

D.  Metode pembahasan
Dan untuk menyelesaikan masalah dalam pembahasan ini, pembahas menggunakan dua cara, yaitu :
1.      Metode Penyelesaian Masalah
2.      Metode Diskusi




BAB II

A.  Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mendewasakan anak, mentraformasikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai sikap agar kehidupannya berubah lebih baik dari sebelumnya.
Kata kunci pertama dalam pendidikan adalah perubahan (changes) dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari berkinerja kurang baik menjadi lebih baik, dsb. Pendidikan dimulai sejak lahir, bahkan sebagian pakar saat ini menyatakan bahwa rangsangan-rangsangan kependidikan sudah dapat dilakkan dari dalam rahim, lalu berkelanjutan sepanjang hayat di kandung badan. Pendidikan pada umumnya menghasilkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai-nilai sikap yang baik dan sebagainya.[2]
Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam menjelaskan kata pendidikan. Lebih jelasnya sebagaimana berikut : pertama, pendidikan dalam bahasa arabnya adalah tarbiyah dari kata kerja rabba. Kata kerja rabba artinya mendidik. Dalam bentuk kata benda, kata rabba ini juga dignakan untuk tuhan, karena tuhan juga bersifat mendidik, mengasuh, memelihara, maha pencipta. Istilah lainnya yang mengandung arti pendidikan adabba dan allama. Kedua dalam bahasa indonesia pendidikan berasal dari kata ‘didik’ artinya memelihara, memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran
Pendidikan bermakna sebuah proses dengan menggunakan metode-metode tertentu sehingga seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.
Dalam pengertian luas, pendidikan adalah selurh tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan perilaku manusia dan juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan.[3]
Pendidikan dapat pula diartikan sebagai berikut :
a.       Satu proses pertmbuhan yang sesuai dengan lingkungan
b.      Suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam pertumbuhannya
c.       Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat
d.      Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju kedewasaan
Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencangkup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan, pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan ketingkat kedewasaannya.

B.  Faktor-faktor Pendidikan
Dalam pendidikan terdapat beberapa faktor yang dapat membentuk interaksi atau yang saling mempengaruhi terjadinya kegiatan suatu pendidikan. Faktor-faktor tersebut adalah :
·  Faktor tujuan
Hakikatnya, dalam proses terjadinya suatu pendidikan, banyak sekali tujuan yang ingin dicapai oleh pendidik, agar dapat dicapai atau dimiliki oleh para peserta didiknya.
·  Faktor pendidik
Kita dapat membedakan pendidik menjadi dua, yaitu : Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua dan pendidik menurut jabatan yaitu guru. Orang tua adalah pendidik pertama dan utama. Hanya dengan pertolongan dan layanan orang tua, bayi dapat hidup dan berkembang makin dewasa. Sementara, guru mendapat tanggung jawab dari tiga pihak sekaligus yaitu : Orang tua, masyarakat dan negara.
·  Faktor peserta didik
Peserta didik dalam usia dan tingkat kelas yang sama bisa memiliki profil materi pengetahuan yang berbeda-beda.
·  Faktor isi/ materi pendidikan
Dalam pendidikan terdapat beberapa syarat dalam memilih materi, yaitu: materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan dan materi harus sesuai dengan peserta didik.
·  Faktor metode pendidikan
Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merpakan alat untuk mencapai sebuah tujuan. Untuk menentukan apakah metode dapat disebut baik diperlukan patokan atau sebuah tujuan. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai.
·  Faktor situasi lingkungan
Situasi lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap proses dan hasil suatu pendidikan.

C.  Aktivitas kependidikan
Aktivitas kependidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam memberikan tranformasi dan nilai-nilai tentang kehidupan kepada orang lain. Pendidikan ditempuh dengan berbagai cara, melalui pendidikan informal di dalam keluarga, pendidikan non formal dalam masyarakat, dan melalu pendidikan formal di sekolah-sekolah.
Dalam Al-qur’an dapat dikategorikan aktivitas pendidikan sebagai berikut:
1.      Tarbiyah
Kata tarbiyah dimaknai sebagai memelihara, merawat, melindungi dan mengembangkan. Kata tarbiyah umumnya diartikan sebagai pendidikan. Suatu tindakan sengaja untuk mendewasakan anak, memberi pengetahuan dan keterampilan agar mampu mandiri pada zamannya.
2.      Ta’lim
Salah satu cara tepopuler ntuk mentransfer pengetahuan atau informasi adalah melalui pembelajaran (belajar-mengajar). Pada proses ini guru atau pendidik menyalurkan atau mentraformasikan ilmu dan pengetahuan kepada peserta didiknya.
3.      Mau’izah Hasanah
Mau’izah Hasanah juga dikenal sebagai nasihat yang baik. Nasehat-nasehat yang baik tentang kehidupan, pergaulan dan hal-hal lainnya yang dapat dilakkan manusia sejak manusia melakukan interaksi. Kata ma’izah berasal dari  kata wa’aza yang artinya adalah kebaikan.
4.      Dakwah
Kata dakwah dalam kalangan umat islam sangat lazim untuk digunakan. Bahkan, kegiatan ini tidak luput dari seseorang. Karena setiap muslim mempnyai kewajiban ntuk berdakwah. Baik berdakwah terhadap dirinya sendiri maupun berdakwah terhadap orang lain.
5.      Tausiyyah
Tausiyyah dapat dikatakan sebagai pesan-pesan yang berkaitan dengan proses pendidikan dan pembangunan karakter bahkan yang sangat serius terkait dengan permasalahan manusia.[4]



BAB III

A.  Pendidikan dalam islam
Pendidikan bermula sejak ruh ditiupkan kedalam perut ibu kita hingga ajal tiba. Dalam islam, pendidikan adalah hal atau kewajiban yang dimiliki oleh setiap orangnya. Bahkan Rasulullah SAW, pernah bersabda : Tuntutlah ilmu dari buayan hingga keliang lahat.
Allah SWT, berfirman dalam Al-Qur’an yang berbunyi :
يَرْ فَعِ اللَّهُ الَّذَيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوْاالْعِلْمَ دَرَجَاتِ[5]
Dalam ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa Allah SWT. Sangat meninggikan derajat orang yang menuntut ilmu juga yang haus akan ilmu.
Dalam perspektif Al-Qur’an, aktivitas kependidikan lebih banyak menggunakan kata yang berindikasi ta’lim. Dengan demikian, setidaknya ada tiga istilah yang sering digunakxan dalam mengngkapkan kegiatan pendidikan. Yaitu tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.
Allah SWT menghendaki setiap manusia supaya menjadi ulama (para sarjana, ilmuwan, intelektual, cendikiawan) sehingga semakin teguh keyakinannya kepada Allah SWT. Allah sangat mengecam manusia yang berada dalam kebodohan, yang sengaja merusak segala akal dan pikirannya. Bahkan, islam datang sebagai agama yang mulia, penuh kedamaian dan berpendidikan. Yang membawa perubahan besar bagi masyarakat arab yang dikenal dengan masyarakat jahiliyah, dan membawa perkembangan pesat untuk peradaban dunia.
Islam sangat menjunjung tinggi suatu pendidikan. Mengingat akhir-akhir ini umat islam mengalami kemunduran dalam hal pendidikan. Sudah seharusnya para muslim memahami kembali konsep-konsep kunci dalam islam. Dalam hal ini, kita perlu memahami islam dengan menggali konsep baru peradaban islam yang sejalan dengan pandangan hidup islam yang mampu mengahadapi tantangan zaman.
Banyak para ulama, maupun pembesar yang mulai sadar untuk menitik beratkan suatu pendidikan terhadap kemajuan umat islam. Memang, untuk saat ini, cita-cita untuk menggapai kejayaan islam masih berupa harapan. Jika menelusuri kembali siklus teori peradaban ibnu khaldun, sudah selayaknya umat islam saat ini, membangun kembali tradisi keilmuan, maka bukan suatu hal yang mustahil benua eropa dan Amerika suatu saat kelak akan dipenuhi dengan suara adzan dan dakwah oleh umat islam.
Maka, disamping untuk memenuhi kewajiban umat islam sebagai penuntut ilmu, umat muslim juga perlu memikirkan kemajuan islam dengan proses pendidikan. Serta, menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan yang utama. Dalam proses pendidikan baik pendidik maupun peserta didi haruslah melangsungkan proses pendidikan semata-mata hanya karena Allah SWT. Karena manusia diciptakan untuk selalu menyembah kepada yang Maha Kuasa, dan supaya apa segala sesuatu yang dikerjakan selalu diridhai oleh Allah SWT.
Dalam pepatah arab dikatakan bahwa ‘Sebaik-baik manusia adalah yang dapat bemanfaat bagi orang lain’. Maka dengan menjadi pendidik, insya Allah itu sudah menjadi salah satu kegiatan yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Karena dapat mengamalkan ilmu, menciptakan profesi-profesi lain dan menuntun manusia lain untuk mencari kebenaran.
Bahkan Rasulllah SAW sendiri, diutus kemuka bumi ini, menjadi seorang pendidik atau pendakwah, yang mencerdaskan dan membangkitkan kaum yang disebut sebagai kaum jahiliyah. Hingga dari masa itulah dapat diartikan sebagai berkembangnya zaman dari zaman jahiliyah hingga zaman yang penuh dengan cahaya hingga saat ini. Dapat dibayangkan bukan, apabila tidak ada rasul yang diutus kemka bumi ini. Maka, kita belum tentu merasakan kenikmatan zaman seperti yang saat ini kita rasakan.
Rasulullah bersabda :
اِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا
Maka, setiap muslim hendaknya merasa bahwa setiap dirinya mempnyai hak ntuk emnjadi seorang pendidik. Pendidik bkan berarti mengajar saja, karena mengajar adalah salah satu dari sistem pendidikan. Mngkin dapat melalui dakwah, tulisan, dan sebgainya.
            Pesantren sangat bertanggung jawab penuh dalam proses pendidikan. Karena peserta didik, dibina dan diatur sedemikian rupa dengan disertai nilai-nilai islam sehingga menciptakan manusia yang berguna bagi masyrakat serta berakhlak mulia.
B.  Peran Pesantren Dalam Proses Pendidikan
Dalam proses pendidikan, terdapat beberapa peranan penting yang memiliki tanggung jawab besar. Yaitu, adalah keluarga, sekolah (lembaga pendidikan) serta lingkungan sekitar atau masyarakat sekitar. Mengapa demikian? Karena keluarga, terutama orang tua adalah yang meletakan dasar-dasar bagi perkembangan peserta didik untuk kedapannya, termasuk dalam pembentukan moral. Sementara, sekolah atau lembaga pendidikan lainnya berperan dalam menyiapkan peserta didik untuk kehidupan masyarakat. Sementara, lingkungan sekitar atau masyarakat, sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang dalam pembentkan karakter, karena apabila ia mendapat didikan yang baik dalam kelarganya, sementara lingkungan tidak baik, maka karakter seseorang dapat berubah menjadi karakter yang buruk.
Melihat keadaan zaman, maka lembaga pendidikan islam atau lebih tepatnya pesantren adalah pioritas pertama dalam pendidikan yang baik dan pembentkan karakter yang baik.
Pesantren didefinisikan secara beragam, menurut Syarifudin Amir (2007) pondok pesantren merupakan lembaga yang unik, ia bukan saja keberadaannya yang sangat lama, namun juga kultur, metode, dan jaringan yang diteapkan oleh lembaga lama. Sementara, menurut Abdul Mustaqim (2003), pondok pesantren sebagai pendidikan asli milik indonesia. Indegenousitas pesantren kontras berbeda dari praktik pendidikan pada intitusi pendidikan lainnya sehingga dinamika sekaligus problematikanya juga menampilkan watak yang khas dan eksotik.
Sementara, menurut Malik Fajar (2005), pondok Pesntren sudah dianggap sebagai model institusi pendidikan yang mempunyai keunggulan, baik dalam tradisi keilmuannya yang agung (great tradition) maupun pada sisi transmisi moralitasnya.[6]
Lembaga pendidikan agama atau pesantren berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya, berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif, dan dinamis dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.
Peranan pesantren sangat besar bagi masyrakat indonesia juga dunia, terlebih pada masa-masa ini. Pesantren memiliki peranan penting dalam penanaman nilai-nilai agama, pembentkan akhlak, perbaikan moral dan sebagainya.
Bahkan dizaman kontemporer ini, atau lebih dikenal dengan zaman milenial banyak sekali lembaga pendidikan yang tidak memperhatikan sama sekali akan perkembangan moral peserta didik. Bahkan, dengan kelicikan juga kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknm tertentu mereka dengan sengaja tidak mengajarkan beberapa materi secara keseluruhan terhadap peserta didiknya. Hal ini dimaksudkan dengan tjuan supaya mereka tidak tah akan perkembangan zaman mapun beberapa masalah penting yang harusnya diketahui.
Tanpa disadari pula, berbagai media social juga mempengaruhi pekembangan karakter. Dan lembaga satu-satnya yang menjauhkan peserta didik dengan berbagai media social adalah pesantren. Karenanya, mereka dapat dibentuk, dibimbing bahkan digembleng supaya menjadi manusia yang berkarakter serta berakhlakul karimah.
Bahkan tidak berlebihan, apabila masyarakat saat ini banyak menanti pesantren. Jika dulu masyarakat ‘menomorduakan’ pesantren alias menjadikannya sebagai pilihan terakhir untuk tempat pendidikan ana-anak kini mulai berubah. Mereka menjadikan pondok pesantren sebagai pilihan paling utama pendidikan bagi anak-anaknya.[7]


C.  Pembentukan Karakter Akhir Dari Tujuan Proses Pendidikan
Dalam proses pendidikan, terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai maupun diraih. Karena, pendidikan sendiri adalah suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Dengan demikian tujuan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan.
Tujuan yang hendak dicapai saat proses pendidikan terdapat tiga macam, yaitu :
·      Memperoleh Rezeki
·      Mendapatkan Ilmu
·      Pembentukan Karakter
Pada umumnya, manusia berlomba-lomba dalam belajar maupun mengejar pendidikan setinggi-tingginya untuk mendapatkan ilmu. Karena, kebanyakan dari peserta didik sendiri berlomba dalam menuntut ilmu untuk mempersiapkan dirinya dalam bermasyarakat dan mencari sumber penghidupan.
Seorang yang berkarakter tidak cukup hanya sebagai seseorang yang baik saja, melainkan mampu menggunakan nilai-nilai kebaikan melalui suatu daya juang untuk mencapai tujuan mulia yang dicanangkan. Karenanya, ‘Karakter’ berbeda dari ‘temperamen’. Temperamen merupakan corak reaksi seorang terhadap berbagai rangsangan dari luar dan dari dalam. [8]
Dengan demikian, karakter terpuji sejatinya merupakan hasil internalisasi nilai-nilai agama dan moral pada diri sesorang yang ditandai oleh sikap agama dan moral pada diri seseorang yang ditandai oleh sikap dan perilaku positif. Karena itu, ia sangat terkait dengan kalbu. Bisa saja, seseorang memiliki pengetahuan yang dalam, tetapi tidak memilki karakter terpuji. Sebaliknya, bisa juga seseorang amat terbatas pengetahuannya, namun karakternya amat terpuji. Memang, ilmu tidak mampu membentuk akhlak maupun iman, ia hanya mampu mengukuhkannya. Kendatipun, ilmu mampu mengasuh kalbu, mengasah nalar, dan mengokohkan karakter sesorang.
Namun, dalam pendidikan islam tujuan akhirnya adalah pembentukan karakter dan akhlakul karimah. Para ulama sepakat, bahwa setiap pelajaran yang diberi harus disertakan pembelajaran yang bersifat pembentukan karakter. Tidak ada nilainya bagi seseorang yang sudah mendapatkan ilmu yang banyak serta pengetahuan yang seluas-luasnya namun ia tidak memiliki karakter yang baik. Maka dari itulah, seorang pendidik harus mempunyai akhlak yang baik supaya dapat memberikan contoh. Maka, ilmunya nanti menjadi tidak bermanfaat dan tidak barakah. Kemungkinan besar, ilmunya akan cepat hilang, hidupnya terganggu dan sebagainya.
Untuk itulah mengapa islam, sangat memperhatikan tujuan dari proses pendidikan. Supaya bermanfaat, dapat diamalkan, berguna bagi dirinya juga bagi masyarakat, agama, nusa serta bangsa. Serta dapat meletakkan suatu yang hak pada tempatnya.
Saat ini, sdah banyak kasus dari berbagai lembaga pendidikan yang sudah tidak mempedulikan anak didiknya lagi. Hanya sekedar mengajar, menulis laporan mengejar gaji maupun jabatan dan sebagainya. Sejatinya, lembaga pendidikan seharusnya bertanggung jawab penuh atas proses pendidikan maupun hasil dari pendidikan itu sendiri, baik dari ilm, moral, akhlak, tingkah laku dan sebagainya.



KESIMPULAN

Dengan demikian, maka sebagai umat muslim hendaklah selalu menjalankan kewajiban dari Allah SWT. Dan menjalankan segala sunah-sunah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW salah satunya dengan menuntut ilmu dan meraih pendidikan yang sebaik-baiknya.
Bahkan pendidikan dimata islam amatlah penting, karena dapat menuntut umatnya kejalan yang benar, bahkan Allah SWT sendiri sudah memperintahkan dalam firmannya. Jadi, pendidikan adalah hak dari setiap umat islam yang terlahir di dunia ini.
Sementara, untuk memperoleh pendidikan yang baik, hendaknya para umat di dunia ini juga memperhatikan lembaga pendidikan yang ada. Untuk, masa ini para orang tua memilih pesantren sebagai lembaga pendidikan terbaik untuk anak-anaknya. Karena, hanya di pesantrenlah peserta didik dibimbing dan dibina selam 24 jam dengan diberlakukan disipin, aturan yang ketat juga diselipi selalu syariat-syariat islam dan akhlak yang baik.
Maka, dari segala proses pendidikan yang ada. Terdapat, beberapa tujuan yang hendak dicapai. Meski, setiap peserta didik maupun lembaga pendidikan mempunyai tujuan tertentu, yang paling terpenting adalah moral serta karakter yang dimilikinya. Karena, pembentukan karakter seseorang adalah akhir dari proses pendidikan.



PENUTUP

Demikianlah sebuah artikel dengan judul ‘Pendidikan dan Pembentukan Karakter Berbasis Pesantren Dalam Tantangan Zaman’ semoga tulisan ini menjadi bermanfaat. Tulisan ini bukanlah hanya sekedar tulisan yang ditulis oleh penulis melainkan supaya bisa diambil hikmah dan manfaatnya bagi penulis sendiri maupun pembaca.
Kurang lebihnya mohon maaf yang sebesar-besarrnya, kalau ada beberapa patah kata atau lebih yang kurang berkenan dalam penulisan ini. Mohon dimaafkan sebesar-besarnya. Karena manusia adalah tempat salah juga lupa. Syukron Katsiiron.



DAFTAR PUSTAKA

Djaelani, Dr. H. Moh. Solikodin, M.M., M.Si. dkk, Dasar-Dasar Kependidikan, Tangerang, Pustaka Mandiri, 2014
Kementrian Agama RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik (Pendidikan, Pengembangan Karakter dan Pengembangan Sumber Daya Manusia), Jakarta, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010
M Taufiq Fadhlurrahman, Majalah Gontor (Muallimin Tren Baru Pendidikan Nasional)Edisi 1 Tahun XIV Rajab-Sya’ban 1437/Mei 2016
Indra Ari Fajari, dikutip dari Majalah Gontor #Edisi 1 tahun XIV Raja-Sya’ban 1437/Mei 2016 (Pesantren, lembaga pendidikan asli Indonesia), PT Gontor Media Jaya, Jakarta Selatan, Mei 2016
Muhammad Khaerul Muttaqien dan Edithya Miranti, dikutip dari Majalah Gontor #Edisi 9 tahn XV Rabiul Akhir-Jumadal Awal 1439/Januaro\i 2018 (Ketika Pesantren Jadi Pilihan Utama), PT Gontor Media Jaya, Jakarta Selatan, 2018





[1] Q.S. An-Nahl : 78
[2] Kementrian Agama RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik (Pendidikan, Pengembangan Karakter dan Pengembangan Sumber Daya Manusia), Jakarta, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010
[3] M Taufiq Fadhlurrahman, Majalah Gontor (Muallimin Tren Baru Pendidikan Nasional), Edisi 1 Tahun XIV Rajab-Sya’ban 1437/Mei 2016
[4]Kementrian Agama RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik (Pendidikan, Pengembangan Karakter dan Pengembangan Sumber Daya Manusia), Jakarta, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010
[5] Q.S. Al-Mujadalah : 11
[6] Indra Ari Fajari, dikutip dari Majalah Gontor #Edisi 1 tahun XIV Raja-Sya’ban 1437/Mei 2016 (Pesantren, lembaga pendidikan asli Indonesia), PT Gontor Media Jaya, Jakarta Selatan, Mei 2016
[7] Muhammad Khaerul Muttaqien dan Edithya Miranti, dikutip dari Majalah Gontor #Edisi 9 tahn XV Rabiul Akhir-Jumadal Awal 1439/Januaro\i 2018 (Ketika Pesantren Jadi Pilihan Utama), PT Gontor Media Jaya, Jakarta Selatan, 2018
[8] Kementrian Agama RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik (Pendidikan, Pengembangan Karakter dan Pengembangan Sumber Daya Manusia), Jakarta, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010

0 komentar:

Posting Komentar