Advertise

Rabu, 10 Januari 2024

Bersua di Jannah-Nya

 


[OPEN PRE ORDER]

Minggu, 12 November 2023

SETULUS CINTA DALAM IMPIAN

Aku berdiri termatung disana, pandanganku tajam kearah madding berisikan seputar pengumuman kegiatan sekolah, juga beberapa lomba. Suara bising yang berada dibelakangku tak kuhiraukan, mataku masih fokus menelisik selebaran info yang terpamapang diantara beberapa pengumuman lain. Tepat, dipojok kanan madding tersebut, aku menemukan pengumuman yang sudah kutunggu sejak lusa kemarin. Font bertuliskan ‘Pertukaran Pelajar’ terpampang jelas dihadapanku. Meski, aku harus menjijitkan jemari kakiku untuk membaca pengumuman tersebut. Butuh beberapa menit untuk mendalami persyaratan yang tertera dalam poster tersebut. Buku kecil kukeluarkan dari sakuku untuk mencatat segala persyaratan yang harus kupersiapkan.
“Faizah, jangan terlalu serius membacanya, bentar lagi waktu istirahat akan habis,” Fina memperingatkanku.
Aku mengangguk, sambil tersenyum kecil. Ucapannya benar, sudah seharusnya, aku kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.
Dengan langkah gontai, aku kembali ke kelas. Pikiranku masih melayang ke negeri impianku, Inggris. Seakan aku memasuki lorong Harvard University, bercengkrama bersama mahasiswi lain yang menjadi teman sekelasku. Ah, itu masih dalam dunia impianku. Namun, hati ini terasa yakin bahwa diri ini akan tiba di universitas tersebut suatu saat nanti. Saat Allah menghendakinya.
****
“Faizah, tolong bantu Ibu. Kuenya dimasukkan ke dalam plastik!” seru Ibu dari dapur.
Aku segera menutup buku bacaanku, “Iya, Bu!” sahutku sambil berjalan menuju dapur.
Aku, dan keluarga kecilku tinggal di rumah yang cukup sederhana. Ibuku penjual kue, sementara, ayah bekerja di perantauan. Dan hanya pulang selama dua minggu sekali. Syifa, adalah adikku satu-satunya. Ia mengalami kelumpuhan dibagian tubuh sebelah kirinya. Berbicaranya masih terbata-bata, usianya menginjak tujuh tahun. Ibulah, yang selalu mengajari banyak hal di rumah, ia tidak sekolah.
“Tumben, Ibu buat kue banyak,” ujarku, sambil emnatap Ibu yang tampak sibuk.
“Alhamdulillah, ada yang memesan untuk acara syukuran,” jawab Ibu.
Aku hanya termangut-mangut, “Ibu, akhir pekan nanti. Faizah izin nggak jaga warung dulu ya, Bu..”
“Kenapa?” tanyanya sambil menatapku heran.
“Faizah mau ikut tes pertukaran pelajar ke Inggris,” jawabku dengan wajah yang berseri-seri.
Ibu menghentikan pekerjaannya sejenak, raut wajahnya tampak berubah. Namun, aku berusaha tenang. “Ibu, tidak mengizinkan,” jawabnya tegas.
“Mengapa Bu?” tanyaku heran.
“Ibu tidak mengizinkan! Harusnya kamu tahu diri, kalau kita ini siapa Faizah?” jawab Ibu tegas. “ Ibu pergi ke warung sebentar, kamu teruskan pekerjaanmu,” Ibu berlalu, meninggalkanku yang menatapnya dalam kebingungan.
Perlahan, pelopak mataku sudah tidak dapat menampung air mata. tangisku pecah. Hingga detik ini aku masih belum memahami alasan Ibu, yang selalu melarangku untuk dapat bermimpi tinggi, untuk dapat menaklukan dunia. Bukankah, semua orang berhak bermimpi? Bukankah semua orang berhak mewujudkan cita-citanya? Salahkah aku? Apa hanya keluargaku berasal dari keluarga yang tak mampu? Apakah yang salah? Bukankah aku juga berhak mewujudkan impianku yang ku punya.
****
Hari berlalu begitu cepat. Perasaan ini masih tak menentu. Ujian pertukaran pelajar akan segera tiba. Diri ini bertekad untuk tetap mengikutinya, meski hati terasa berat untuk melakukannya. Hingga detik ini, hanya do’alah yang dapat kulakukan hingga detik ini, biarlah do’a yang bertarung dilangit-Nya yang Arsy, dan do’alah yang menentukan segalanya.
Dan akhirnya, tibalah hari Ahad, aku memutuskan untuk pergi. Ibu hanya berdiam tanpa mengucapkan kata sepatah pun saat aku pergi. Aku berusaha, tegar, juga fokus untuk ujian yang akan kuhadapi.
Tepat pukul sepuluh pagi, ujian selesai. Aku menghembuskan nafas lega.
“Faizah, mau pulang bareng nggak?” tanya Fina.
Aku menggelang dengan santun, “Makasih Fin, aku pulang sendiri aja.”
Fina berlalu. Tak lama hpku berdering. Tetanggaku mengabarkan bahwa Ibu ditemukan terjatuh di warung. Dengan panik, aku segera mencari transportasi pulang. Pikiranku kembali mengacau, rasa bersalah datang menyelimutiku. Ibu masih tergeletak, saat aku tiba di rumah sakit. Hanya ucapan maaf, yang terlontar dari mulut ini.
Dua hari, aku menunggu Ibu di rumah sakit. Syifa, kutitipkan pada tetanggaku selama diriku menunggu Ibu di rumah sakit. Pada akhirnya, saat Ibu mulai siuman. Aku menegtahui, berbagai alasan, Ibu tidak membolehkanku untuk mengikuti pertukaran pelajran. Alasannya, sederhana. Bahkan tidak pernah ku pikirkan sebelumnya. Ibu hanya menginginkan aku menjadi orang yang bermanfaat bagi orang disekitarku, cukup hanya itu, bahkan menjadi tidak perlu muluk-muluk untuk menjadi orang yang sukses. Kehidupan yang sederhana di dunia, akan lebih membahagianku Ibu. Daripada, aku menggapai segala mimpiku yang ada di dunia ini.
Tidak ada gunanya, saat aku bisa menggapai segala impianku. Namun, rasa bangga semakin bertambah pada diri ini. Itulah yang dikatuti oleh Ibu. Ibu hanya menginginkan sesuatu yang sederhana dalam hidup ini. Bukan sekedar kesengan duniawi saja.
“Pergilah nak, gapailah semua impianmu. Hanya saja, jangan pernah lupa akan jati dirimu saat kamu bisa menggapai semuanya. Hanya itu yang Ibu takutkan,” ujar Ibu sambil terisak.
“Tidak Bu, aku akan menuruti semua nasihat Ibu. Aku janji, akan jadi orang baik,” balasku. Mungkin, dengan segala perubahan sikapku, Ibu menilai bahwa aku semakin melupakan siapa jati diriku.
“Tidak, nak. Gapailah segala impianmu. Gapailah apa yang kamu cita-citakan. Hanya saja, ingat dengan semua pesan yang telah ibu sampaikan,” ujar Ibu, sambil tersenyum.
****
Hari ini, aku melangkahkan kakiku di lorong Harvard University. Tepat, seperti impianku setahun yang silam. Saat, diriku masih duduk di kelas tiga SMA. Tentang pertukaran pelajar itu, Alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Dari situlah, semangatku semakin membara. Namun, aku tidak akan pernah lupa akan nasehat Ibu. Setelah lulus nanti, aku akan mengabdikan diri ini untuk masyarakat. Menjadi manusia yang bermanfaat dan berguna.

Rabu, 01 November 2023

Integrasi Ilmu Tasawuf dan Ilmu Kalam: Harmoni Antara Spiritualitas dan Rasionalitas


Pendahuluan

Tasawuf dan Kalam merupakan dua disiplin ilmu penting dalam tradisi keilmuan Islam. Tasawuf mengeksplorasi dimensi spiritualitas dan hubungan individu dengan Tuhan, sementara Kalam adalah ilmu kalam atau teologi Islam yang memeriksa aspek-aspek rasional dan filsafat kepercayaan. Meskipun memiliki pendekatan yang berbeda, integrasi antara ilmu Tasawuf dan Kalam menciptakan landasan yang kokoh bagi pemahaman Islam yang holistik dan seimbang. Artikel ini akan membahas pentingnya integrasi kedua ilmu ini dan bagaimana harmoni antara spiritualitas dan rasionalitas dapat ditemukan dalam pemahaman agama Islam.

1. Pentingnya Spiritualitas dalam Tasawuf:

Tasawuf mengajarkan pentingnya pengalaman spiritual dan hubungan langsung dengan Tuhan. Praktek-praktek tasawuf, seperti meditasi, zikir, dan introspeksi, membantu individu mendekatkan diri kepada Tuhan dan mencapai kesadaran spiritual yang lebih dalam.

2. Rasionalitas dalam Kalam:

Kalam, di sisi lain, mencoba memahami prinsip-prinsip kepercayaan dalam Islam dengan menggunakan alat-alat rasionalitas dan filsafat. Melalui logika dan argumen rasional, ilmu Kalam merumuskan konsep-konsep teologis seperti sifat-sifat Tuhan, kehendak bebas manusia, dan takdir.

3. Integrasi Ilmu Tasawuf dan Ilmu Kalam:

Integrasi antara Tasawuf dan Kalam menciptakan pemahaman Islam yang komprehensif. Dalam prakteknya, tasawuf memberikan dimensi penghayatan dan pengalaman spiritual bagi konsep-konsep yang dianalisis oleh ilmu Kalam. Kalam memberikan landasan rasional yang kokoh bagi praktek-praktek tasawuf, membantu menjelaskan dan merumuskan dasar-dasar keyakinan spiritual dengan logika yang kuat.

4. Menciptakan Keselarasan Antara Spiritualitas dan Rasionalitas:

Integrasi antara ilmu Tasawuf dan ilmu Kalam menciptakan keselarasan antara spiritualitas dan rasionalitas dalam pemahaman agama Islam. Ini membantu umat Islam untuk merasakan kehadiran Tuhan dalam hati mereka melalui pengalaman spiritual, sambil tetap memiliki pemahaman yang rasional dan logis tentang keyakinan-keyakinan agama.

5. Manfaat Integrasi Bagi Individu dan Masyarakat:

Penggabungan ilmu Tasawuf dan ilmu Kalam memberikan manfaat besar bagi individu dan masyarakat Muslim. Individu dapat mencapai kedamaian batin dan pemahaman yang mendalam tentang agama mereka, sambil tetap mempertahankan akal sehat dan pemikiran yang kritis. Masyarakat dapat berkembang dengan landasan moral dan etika yang kuat, menciptakan harmoni dan kerukunan antarindividu dan kelompok.

Kesimpulan

Integrasi ilmu Tasawuf dan ilmu Kalam membawa keberimbangan yang penting antara dimensi spiritualitas dan rasionalitas dalam Islam. Ini memberikan pemahaman yang lebih dalam dan kaya tentang agama, menciptakan keselarasan yang harmonis antara hati yang bersuci dan akal yang bijaksana. Dalam menggabungkan pengalaman spiritual dengan pemikiran rasional, individu Muslim dapat memperkaya iman mereka dan membimbing masyarakat menuju pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang agama Islam.

Kamis, 12 Oktober 2023

Tips Menjadi Muslimah Produktif


Menjadi seorang Muslimah produktif membutuhkan keseimbangan antara tuntutan kehidupan modern dan nilai-nilai Islam. Artikel ini akan menggali tips dan strategi praktis yang dapat membantu Muslimah menjalani kehidupan yang produktif, menjaga spiritualitas, dan memenuhi potensi mereka dalam era modern yang sibuk.

Pendahuluan

Dalam dunia yang terus bergerak cepat, menjadi seorang Muslimah produktif melibatkan lebih dari sekadar mengelola waktu. Ini juga tentang menjaga keberimbangan antara kewajiban agama dan tanggung jawab sosial, serta mengelola kehidupan pribadi dan profesional dengan bijaksana.

1. Menetapkan Prioritas

Memahami prioritas hidup adalah langkah pertama menuju produktivitas yang berarti. Tentukan tujuan jangka pendek dan jangka panjang, dan atur prioritas sesuai dengan nilai-nilai Islam. Prioritaskan ibadah, keluarga, dan pendidikan sebagai landasan utama kehidupan Anda.

2. Manajemen Waktu yang Efektif

Pelajari seni manajemen waktu. Buat jadwal harian atau mingguan, tetapkan batas waktu untuk tugas-tugas tertentu, dan pastikan untuk menyisihkan waktu untuk ibadah, belajar, dan berkualitas bersama keluarga. Hindari pemborosan waktu dan identifikasi kegiatan yang tidak memberikan manfaat positif.

3. Terus Belajar dan Berkembang

Seorang Muslimah produktif adalah individu yang senantiasa belajar dan berkembang. Ambillah peluang untuk meningkatkan pengetahuan agama, keterampilan, atau minat pribadi. Pendidikan sepanjang hayat membuka pintu menuju pertumbuhan pribadi dan profesional.

4. Berkomunikasi yang Efektif

Berkomunikasi dengan jelas dan efektif dalam berbagai situasi, baik di rumah, di tempat kerja, atau dalam masyarakat. Komunikasi yang baik memperkuat hubungan, menghindari konflik, dan menciptakan lingkungan yang harmonis.

5. Self-Care dan Kesehatan

Jangan lupakan diri Anda sendiri. Prioritaskan kesehatan fisik dan mental. Tetap aktif, konsumsi makanan sehat, cukup istirahat, dan lakukan kegiatan-kegiatan yang membawa kebahagiaan dan relaksasi, seperti olahraga, seni, atau membaca.

6. Pelayanan Sosial dan Kebaikan

Sertakan pelayanan sosial dan kebaikan dalam rutinitas harian Anda. Menolong sesama, berkontribusi pada masyarakat, dan melakukan amal baik adalah bagian penting dari hidup seorang Muslimah produktif.

7. Doa dan Koneksi Spiritual

Selalu pertahankan koneksi dengan Allah melalui doa dan ibadah. Berdoa meminta petunjuk, keberkahan, dan kekuatan untuk menjalani kehidupan sehari-hari adalah langkah kunci dalam menjaga keseimbangan spiritual dan produktivitas.

Kesimpulan

Menjadi Muslimah produktif adalah tentang menemukan keseimbangan antara kehidupan rohaniah dan dunia modern yang sibuk. Dengan menetapkan prioritas yang jelas, mengelola waktu dengan bijaksana, terus belajar dan berkembang, berkomunikasi efektif, menjaga kesehatan, melayani sesama, menjaga koneksi spiritual, dan mengutamakan self-care, seorang Muslimah dapat mencapai produktivitas yang berarti tanpa mengorbankan nilai-nilai dan prinsip-prinsip agama. Dengan pendekatan yang seimbang, setiap Muslimah dapat meraih kesuksesan dunia dan akhirat secara bersamaan.


Kamis, 21 September 2023

Ibnu Miskawaih; Filsuf Pencerahan dalam Dunia Islam


Ibnu Miskawaih, juga dikenal sebagai Abu Ali Ahmad ibn Muhammad ibn Ya'qub al-Khazin, adalah seorang cendekiawan terkemuka dalam dunia Islam pada abad ke-10. Artikel ini akan mengungkapkan biografi Ibnu Miskawayh, peran signifikan yang dimainkannya dalam perkembangan ilmu pengetahuan, filsafat, dan sejarah Islam, serta warisannya yang terus berlanjut hingga hari ini.

Pendahuluan
Ibnu Miskawayh adalah salah satu intelektual paling berpengaruh dalam sejarah Islam. Kelahirannya pada tahun 932 di kota Ray (sekarang Tehran, Iran) menggambarkan peran pentingnya dalam membawa pencerahan dan pemikiran filosofis ke dalam dunia Islam pada masa itu.

Pendidikan dan Kepenulisan
Ibnu Miskawayh menerima pendidikan yang sangat baik dalam ilmu-ilmu Islam, sains, dan filsafat di Ray, Isfahan, dan Baghdad. Dia terkenal karena karya-karya tulisnya yang luas dalam berbagai bidang, termasuk sejarah, etika, filsafat, dan teologi.

Karya-karya Penting
"Tajarib al-Umam" (Pengalaman Bangsa-Bangsa): Salah satu karya terkenal Ibnu Miskawayh adalah "Tajarib al-Umam," sebuah karya sejarah penting yang menggambarkan berbagai peradaban dan budaya di seluruh dunia pada zamannya. Karya ini memberikan wawasan yang berharga tentang kondisi sosial, politik, dan budaya pada masa itu.
"al-Fauz al-Asghar" (Kemenangan Kecil): Karya filsafatnya ini membahas masalah etika, karakter, dan moralitas. Dalam karyanya ini, Ibnu Miskawayh mengusulkan gagasan bahwa moralitas bukan hanya kewajiban agama, tetapi juga bagian integral dari kemanusiaan.
"Tahdhib al-Akhlaq" (Pengendalian Akhlak): Karya ini adalah sebuah pedoman etika yang berpengaruh dalam tradisi Islam. Ibnu Miskawayh menguraikan konsep-konsep etika dalam Islam dan cara menjalani kehidupan yang bermoral dan bermartabat.

Pengaruh dan Warisan
Ibnu Miskawaih berperan penting dalam pengenalan filsafat Yunani kepada dunia Islam. Karya-karyanya yang menggabungkan elemen-elemen Islam dengan filsafat Yunani memengaruhi pemikiran dan peradaban Islam pada masa itu. Selain itu, penekanannya pada etika dan moralitas memiliki dampak yang berkelanjutan dalam pembentukan karakter dan perilaku individu dalam masyarakat Muslim.

Kesimpulan
Ibnu Miskawaih adalah tokoh yang kaya akan pengetahuan dan pemikiran. Dia menghubungkan Islam dengan warisan intelektual dunia klasik, menggabungkan filsafat Yunani dengan ajaran Islam. Warisannya yang meliputi karya-karyanya tentang sejarah, etika, dan filsafat tetap relevan dalam dunia Islam modern dan memperkuat posisinya sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah pemikiran dan peradaban Islam.

Rabu, 13 September 2023

PENDIDIKAN DAN PEMBENTUKAN KARAKTER BERBASIS PESANTREN DALAM TANTANGAN ZAMAN

BAB I


A.  Penjelasan Judul
            Manusia adalah makhluk yang berpotensi untuk didik secara baik dan bekelanjutan. Ia memilik tubuh yang sempurna, berbagai potensi yang siap dikembangkan, seperti potensi kehidupan, potensi sosial, potensi moral, potensi intelektual dan sebagainya.
            Manusia lahir ke dunia memang tanpa mengerti apa-apa, meski diberikan modal akal, indera, hati, dsb. Pada awal kehidpannya manusia lahir tanpa pengetahuan apa-apa lalu dengan melalui indera sedikit demi sedikit tranformasi pengetahuan berlangsung. Allah SWT, berfirman :

وَاللّهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْ بُطُوْنِ أُمَّهتِكُمْ لاَتَعْلَمُوْنِ شَيْئًا وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَا لاَ بْصَارَوَالاَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya : Dan Allah mengeluarkan-mu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur[1]
            Pendidikan dimulai dari awal kehidupan kita hingga ajal menjemput. Pendidikan dapat belangsung dimana saja baik secara formal maupun secara non formal. Begitu manusia mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya maka saat itu juga ia telah siap dalam menerima proses pendidikan secara berkelanjutan. Islam menekankan bahwa betapa pentingnya pendidikan hingga akhir hayat.

B.  Penegasan Judul
            Pendidikan adalah hak atau kewajiban bagi setiap muslim, secara hakikatnya tidak ada manusia yang dilahirkan ke dunia ini dengan keadaan berilmu.
Dalam sebuah mahfudhat disebutkan :
تعلم فليس المرء يولدعالما و ليس اخوعلم كمن هوجاهلا
            “Belajarlah, karena tak seorang terlahir dalam keadaan berilmu. Tidaklah sama, antara orang yang berilmu dengan orang yang bodoh”
Pendidikan dinilai sangat penting dalam berperan sebagai pembentukan karakter seseorang untuk menjadi lebih baik dan berakhlak mulia. Apalagi, di zaman yang modern atau lebih dikenalnya dengan zaman milenial. Maka, dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kejam, maka kita perlu meningkatkan dan menjaga diri kita dengan menjaga iman dan meningkatkan pendidikan dalam hidup bahkan hingga akhir hayat.
            Pendidikan dapat ditempuh dengan berbagai cara, tidak hanya kegiatan formal saja di dalam kelas. Namn dapat dilakukan dimana saja, semasa terdapat tranformasi ilmu dari pendidik ke peserta didik. Baik melalui dakwah, kegitan formal di sekolah, tulisan, media sosial dan sebagainya.
            Seperti telah dijelaskan diatas bahwa manusia lahir tanpa pengetahuan sesuatu. Kognitifnya masih kosong, tetapi membawa potensi-potensi yang siap diaktualisasikan dan dikembangkan. Apa yang dilihat, didengar dan dialami akan diimitasi dan menjadi pengetahuan serta pemahaman tentang kehidupan dan aktivitas kehidupan.
            Namun, dari segala aspek pendidikan. Tujuan yang terpentingnya adalah membentuk seseorang untuk memiliki watak dan karakter yang berakhlakul kharimah dan berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Maka, dari itu dipilihlah sebuah judul yang membahas tentang ‘Pendidikan dan Pembentukan Karekter Berbasis Pesantren Dalam Tantangan Zaman’

C.  Tujuan pembahasan
Dalam setiap mengatasi permasalah, pastinya terdapat juga tujuan yang dimaksud ataupun yang dikehendaki. Maka, tujuan dari pembahasan tersebut adalah :
1.      Pendidikan dalam pandangan islam dan Al-Qur’an
2.      Peran Pesantren dalam proses pendidikan
3.      Pembentukan karakter akhir dari tujuan pendidikan

D.  Metode pembahasan
Dan untuk menyelesaikan masalah dalam pembahasan ini, pembahas menggunakan dua cara, yaitu :
1.      Metode Penyelesaian Masalah
2.      Metode Diskusi




BAB II

A.  Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mendewasakan anak, mentraformasikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai sikap agar kehidupannya berubah lebih baik dari sebelumnya.
Kata kunci pertama dalam pendidikan adalah perubahan (changes) dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari berkinerja kurang baik menjadi lebih baik, dsb. Pendidikan dimulai sejak lahir, bahkan sebagian pakar saat ini menyatakan bahwa rangsangan-rangsangan kependidikan sudah dapat dilakkan dari dalam rahim, lalu berkelanjutan sepanjang hayat di kandung badan. Pendidikan pada umumnya menghasilkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai-nilai sikap yang baik dan sebagainya.[2]
Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam menjelaskan kata pendidikan. Lebih jelasnya sebagaimana berikut : pertama, pendidikan dalam bahasa arabnya adalah tarbiyah dari kata kerja rabba. Kata kerja rabba artinya mendidik. Dalam bentuk kata benda, kata rabba ini juga dignakan untuk tuhan, karena tuhan juga bersifat mendidik, mengasuh, memelihara, maha pencipta. Istilah lainnya yang mengandung arti pendidikan adabba dan allama. Kedua dalam bahasa indonesia pendidikan berasal dari kata ‘didik’ artinya memelihara, memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran
Pendidikan bermakna sebuah proses dengan menggunakan metode-metode tertentu sehingga seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.
Dalam pengertian luas, pendidikan adalah selurh tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan perilaku manusia dan juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan.[3]
Pendidikan dapat pula diartikan sebagai berikut :
a.       Satu proses pertmbuhan yang sesuai dengan lingkungan
b.      Suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam pertumbuhannya
c.       Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat
d.      Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju kedewasaan
Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencangkup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan, pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan ketingkat kedewasaannya.

B.  Faktor-faktor Pendidikan
Dalam pendidikan terdapat beberapa faktor yang dapat membentuk interaksi atau yang saling mempengaruhi terjadinya kegiatan suatu pendidikan. Faktor-faktor tersebut adalah :
·  Faktor tujuan
Hakikatnya, dalam proses terjadinya suatu pendidikan, banyak sekali tujuan yang ingin dicapai oleh pendidik, agar dapat dicapai atau dimiliki oleh para peserta didiknya.
·  Faktor pendidik
Kita dapat membedakan pendidik menjadi dua, yaitu : Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua dan pendidik menurut jabatan yaitu guru. Orang tua adalah pendidik pertama dan utama. Hanya dengan pertolongan dan layanan orang tua, bayi dapat hidup dan berkembang makin dewasa. Sementara, guru mendapat tanggung jawab dari tiga pihak sekaligus yaitu : Orang tua, masyarakat dan negara.
·  Faktor peserta didik
Peserta didik dalam usia dan tingkat kelas yang sama bisa memiliki profil materi pengetahuan yang berbeda-beda.
·  Faktor isi/ materi pendidikan
Dalam pendidikan terdapat beberapa syarat dalam memilih materi, yaitu: materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan dan materi harus sesuai dengan peserta didik.
·  Faktor metode pendidikan
Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merpakan alat untuk mencapai sebuah tujuan. Untuk menentukan apakah metode dapat disebut baik diperlukan patokan atau sebuah tujuan. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai.
·  Faktor situasi lingkungan
Situasi lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap proses dan hasil suatu pendidikan.

C.  Aktivitas kependidikan
Aktivitas kependidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam memberikan tranformasi dan nilai-nilai tentang kehidupan kepada orang lain. Pendidikan ditempuh dengan berbagai cara, melalui pendidikan informal di dalam keluarga, pendidikan non formal dalam masyarakat, dan melalu pendidikan formal di sekolah-sekolah.
Dalam Al-qur’an dapat dikategorikan aktivitas pendidikan sebagai berikut:
1.      Tarbiyah
Kata tarbiyah dimaknai sebagai memelihara, merawat, melindungi dan mengembangkan. Kata tarbiyah umumnya diartikan sebagai pendidikan. Suatu tindakan sengaja untuk mendewasakan anak, memberi pengetahuan dan keterampilan agar mampu mandiri pada zamannya.
2.      Ta’lim
Salah satu cara tepopuler ntuk mentransfer pengetahuan atau informasi adalah melalui pembelajaran (belajar-mengajar). Pada proses ini guru atau pendidik menyalurkan atau mentraformasikan ilmu dan pengetahuan kepada peserta didiknya.
3.      Mau’izah Hasanah
Mau’izah Hasanah juga dikenal sebagai nasihat yang baik. Nasehat-nasehat yang baik tentang kehidupan, pergaulan dan hal-hal lainnya yang dapat dilakkan manusia sejak manusia melakukan interaksi. Kata ma’izah berasal dari  kata wa’aza yang artinya adalah kebaikan.
4.      Dakwah
Kata dakwah dalam kalangan umat islam sangat lazim untuk digunakan. Bahkan, kegiatan ini tidak luput dari seseorang. Karena setiap muslim mempnyai kewajiban ntuk berdakwah. Baik berdakwah terhadap dirinya sendiri maupun berdakwah terhadap orang lain.
5.      Tausiyyah
Tausiyyah dapat dikatakan sebagai pesan-pesan yang berkaitan dengan proses pendidikan dan pembangunan karakter bahkan yang sangat serius terkait dengan permasalahan manusia.[4]



BAB III

A.  Pendidikan dalam islam
Pendidikan bermula sejak ruh ditiupkan kedalam perut ibu kita hingga ajal tiba. Dalam islam, pendidikan adalah hal atau kewajiban yang dimiliki oleh setiap orangnya. Bahkan Rasulullah SAW, pernah bersabda : Tuntutlah ilmu dari buayan hingga keliang lahat.
Allah SWT, berfirman dalam Al-Qur’an yang berbunyi :
يَرْ فَعِ اللَّهُ الَّذَيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوْاالْعِلْمَ دَرَجَاتِ[5]
Dalam ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa Allah SWT. Sangat meninggikan derajat orang yang menuntut ilmu juga yang haus akan ilmu.
Dalam perspektif Al-Qur’an, aktivitas kependidikan lebih banyak menggunakan kata yang berindikasi ta’lim. Dengan demikian, setidaknya ada tiga istilah yang sering digunakxan dalam mengngkapkan kegiatan pendidikan. Yaitu tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.
Allah SWT menghendaki setiap manusia supaya menjadi ulama (para sarjana, ilmuwan, intelektual, cendikiawan) sehingga semakin teguh keyakinannya kepada Allah SWT. Allah sangat mengecam manusia yang berada dalam kebodohan, yang sengaja merusak segala akal dan pikirannya. Bahkan, islam datang sebagai agama yang mulia, penuh kedamaian dan berpendidikan. Yang membawa perubahan besar bagi masyarakat arab yang dikenal dengan masyarakat jahiliyah, dan membawa perkembangan pesat untuk peradaban dunia.
Islam sangat menjunjung tinggi suatu pendidikan. Mengingat akhir-akhir ini umat islam mengalami kemunduran dalam hal pendidikan. Sudah seharusnya para muslim memahami kembali konsep-konsep kunci dalam islam. Dalam hal ini, kita perlu memahami islam dengan menggali konsep baru peradaban islam yang sejalan dengan pandangan hidup islam yang mampu mengahadapi tantangan zaman.
Banyak para ulama, maupun pembesar yang mulai sadar untuk menitik beratkan suatu pendidikan terhadap kemajuan umat islam. Memang, untuk saat ini, cita-cita untuk menggapai kejayaan islam masih berupa harapan. Jika menelusuri kembali siklus teori peradaban ibnu khaldun, sudah selayaknya umat islam saat ini, membangun kembali tradisi keilmuan, maka bukan suatu hal yang mustahil benua eropa dan Amerika suatu saat kelak akan dipenuhi dengan suara adzan dan dakwah oleh umat islam.
Maka, disamping untuk memenuhi kewajiban umat islam sebagai penuntut ilmu, umat muslim juga perlu memikirkan kemajuan islam dengan proses pendidikan. Serta, menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan yang utama. Dalam proses pendidikan baik pendidik maupun peserta didi haruslah melangsungkan proses pendidikan semata-mata hanya karena Allah SWT. Karena manusia diciptakan untuk selalu menyembah kepada yang Maha Kuasa, dan supaya apa segala sesuatu yang dikerjakan selalu diridhai oleh Allah SWT.
Dalam pepatah arab dikatakan bahwa ‘Sebaik-baik manusia adalah yang dapat bemanfaat bagi orang lain’. Maka dengan menjadi pendidik, insya Allah itu sudah menjadi salah satu kegiatan yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Karena dapat mengamalkan ilmu, menciptakan profesi-profesi lain dan menuntun manusia lain untuk mencari kebenaran.
Bahkan Rasulllah SAW sendiri, diutus kemuka bumi ini, menjadi seorang pendidik atau pendakwah, yang mencerdaskan dan membangkitkan kaum yang disebut sebagai kaum jahiliyah. Hingga dari masa itulah dapat diartikan sebagai berkembangnya zaman dari zaman jahiliyah hingga zaman yang penuh dengan cahaya hingga saat ini. Dapat dibayangkan bukan, apabila tidak ada rasul yang diutus kemka bumi ini. Maka, kita belum tentu merasakan kenikmatan zaman seperti yang saat ini kita rasakan.
Rasulullah bersabda :
اِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا
Maka, setiap muslim hendaknya merasa bahwa setiap dirinya mempnyai hak ntuk emnjadi seorang pendidik. Pendidik bkan berarti mengajar saja, karena mengajar adalah salah satu dari sistem pendidikan. Mngkin dapat melalui dakwah, tulisan, dan sebgainya.
            Pesantren sangat bertanggung jawab penuh dalam proses pendidikan. Karena peserta didik, dibina dan diatur sedemikian rupa dengan disertai nilai-nilai islam sehingga menciptakan manusia yang berguna bagi masyrakat serta berakhlak mulia.
B.  Peran Pesantren Dalam Proses Pendidikan
Dalam proses pendidikan, terdapat beberapa peranan penting yang memiliki tanggung jawab besar. Yaitu, adalah keluarga, sekolah (lembaga pendidikan) serta lingkungan sekitar atau masyarakat sekitar. Mengapa demikian? Karena keluarga, terutama orang tua adalah yang meletakan dasar-dasar bagi perkembangan peserta didik untuk kedapannya, termasuk dalam pembentukan moral. Sementara, sekolah atau lembaga pendidikan lainnya berperan dalam menyiapkan peserta didik untuk kehidupan masyarakat. Sementara, lingkungan sekitar atau masyarakat, sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang dalam pembentkan karakter, karena apabila ia mendapat didikan yang baik dalam kelarganya, sementara lingkungan tidak baik, maka karakter seseorang dapat berubah menjadi karakter yang buruk.
Melihat keadaan zaman, maka lembaga pendidikan islam atau lebih tepatnya pesantren adalah pioritas pertama dalam pendidikan yang baik dan pembentkan karakter yang baik.
Pesantren didefinisikan secara beragam, menurut Syarifudin Amir (2007) pondok pesantren merupakan lembaga yang unik, ia bukan saja keberadaannya yang sangat lama, namun juga kultur, metode, dan jaringan yang diteapkan oleh lembaga lama. Sementara, menurut Abdul Mustaqim (2003), pondok pesantren sebagai pendidikan asli milik indonesia. Indegenousitas pesantren kontras berbeda dari praktik pendidikan pada intitusi pendidikan lainnya sehingga dinamika sekaligus problematikanya juga menampilkan watak yang khas dan eksotik.
Sementara, menurut Malik Fajar (2005), pondok Pesntren sudah dianggap sebagai model institusi pendidikan yang mempunyai keunggulan, baik dalam tradisi keilmuannya yang agung (great tradition) maupun pada sisi transmisi moralitasnya.[6]
Lembaga pendidikan agama atau pesantren berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya, berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif, dan dinamis dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.
Peranan pesantren sangat besar bagi masyrakat indonesia juga dunia, terlebih pada masa-masa ini. Pesantren memiliki peranan penting dalam penanaman nilai-nilai agama, pembentkan akhlak, perbaikan moral dan sebagainya.
Bahkan dizaman kontemporer ini, atau lebih dikenal dengan zaman milenial banyak sekali lembaga pendidikan yang tidak memperhatikan sama sekali akan perkembangan moral peserta didik. Bahkan, dengan kelicikan juga kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknm tertentu mereka dengan sengaja tidak mengajarkan beberapa materi secara keseluruhan terhadap peserta didiknya. Hal ini dimaksudkan dengan tjuan supaya mereka tidak tah akan perkembangan zaman mapun beberapa masalah penting yang harusnya diketahui.
Tanpa disadari pula, berbagai media social juga mempengaruhi pekembangan karakter. Dan lembaga satu-satnya yang menjauhkan peserta didik dengan berbagai media social adalah pesantren. Karenanya, mereka dapat dibentuk, dibimbing bahkan digembleng supaya menjadi manusia yang berkarakter serta berakhlakul karimah.
Bahkan tidak berlebihan, apabila masyarakat saat ini banyak menanti pesantren. Jika dulu masyarakat ‘menomorduakan’ pesantren alias menjadikannya sebagai pilihan terakhir untuk tempat pendidikan ana-anak kini mulai berubah. Mereka menjadikan pondok pesantren sebagai pilihan paling utama pendidikan bagi anak-anaknya.[7]


C.  Pembentukan Karakter Akhir Dari Tujuan Proses Pendidikan
Dalam proses pendidikan, terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai maupun diraih. Karena, pendidikan sendiri adalah suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Dengan demikian tujuan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan.
Tujuan yang hendak dicapai saat proses pendidikan terdapat tiga macam, yaitu :
·      Memperoleh Rezeki
·      Mendapatkan Ilmu
·      Pembentukan Karakter
Pada umumnya, manusia berlomba-lomba dalam belajar maupun mengejar pendidikan setinggi-tingginya untuk mendapatkan ilmu. Karena, kebanyakan dari peserta didik sendiri berlomba dalam menuntut ilmu untuk mempersiapkan dirinya dalam bermasyarakat dan mencari sumber penghidupan.
Seorang yang berkarakter tidak cukup hanya sebagai seseorang yang baik saja, melainkan mampu menggunakan nilai-nilai kebaikan melalui suatu daya juang untuk mencapai tujuan mulia yang dicanangkan. Karenanya, ‘Karakter’ berbeda dari ‘temperamen’. Temperamen merupakan corak reaksi seorang terhadap berbagai rangsangan dari luar dan dari dalam. [8]
Dengan demikian, karakter terpuji sejatinya merupakan hasil internalisasi nilai-nilai agama dan moral pada diri sesorang yang ditandai oleh sikap agama dan moral pada diri seseorang yang ditandai oleh sikap dan perilaku positif. Karena itu, ia sangat terkait dengan kalbu. Bisa saja, seseorang memiliki pengetahuan yang dalam, tetapi tidak memilki karakter terpuji. Sebaliknya, bisa juga seseorang amat terbatas pengetahuannya, namun karakternya amat terpuji. Memang, ilmu tidak mampu membentuk akhlak maupun iman, ia hanya mampu mengukuhkannya. Kendatipun, ilmu mampu mengasuh kalbu, mengasah nalar, dan mengokohkan karakter sesorang.
Namun, dalam pendidikan islam tujuan akhirnya adalah pembentukan karakter dan akhlakul karimah. Para ulama sepakat, bahwa setiap pelajaran yang diberi harus disertakan pembelajaran yang bersifat pembentukan karakter. Tidak ada nilainya bagi seseorang yang sudah mendapatkan ilmu yang banyak serta pengetahuan yang seluas-luasnya namun ia tidak memiliki karakter yang baik. Maka dari itulah, seorang pendidik harus mempunyai akhlak yang baik supaya dapat memberikan contoh. Maka, ilmunya nanti menjadi tidak bermanfaat dan tidak barakah. Kemungkinan besar, ilmunya akan cepat hilang, hidupnya terganggu dan sebagainya.
Untuk itulah mengapa islam, sangat memperhatikan tujuan dari proses pendidikan. Supaya bermanfaat, dapat diamalkan, berguna bagi dirinya juga bagi masyarakat, agama, nusa serta bangsa. Serta dapat meletakkan suatu yang hak pada tempatnya.
Saat ini, sdah banyak kasus dari berbagai lembaga pendidikan yang sudah tidak mempedulikan anak didiknya lagi. Hanya sekedar mengajar, menulis laporan mengejar gaji maupun jabatan dan sebagainya. Sejatinya, lembaga pendidikan seharusnya bertanggung jawab penuh atas proses pendidikan maupun hasil dari pendidikan itu sendiri, baik dari ilm, moral, akhlak, tingkah laku dan sebagainya.



KESIMPULAN

Dengan demikian, maka sebagai umat muslim hendaklah selalu menjalankan kewajiban dari Allah SWT. Dan menjalankan segala sunah-sunah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW salah satunya dengan menuntut ilmu dan meraih pendidikan yang sebaik-baiknya.
Bahkan pendidikan dimata islam amatlah penting, karena dapat menuntut umatnya kejalan yang benar, bahkan Allah SWT sendiri sudah memperintahkan dalam firmannya. Jadi, pendidikan adalah hak dari setiap umat islam yang terlahir di dunia ini.
Sementara, untuk memperoleh pendidikan yang baik, hendaknya para umat di dunia ini juga memperhatikan lembaga pendidikan yang ada. Untuk, masa ini para orang tua memilih pesantren sebagai lembaga pendidikan terbaik untuk anak-anaknya. Karena, hanya di pesantrenlah peserta didik dibimbing dan dibina selam 24 jam dengan diberlakukan disipin, aturan yang ketat juga diselipi selalu syariat-syariat islam dan akhlak yang baik.
Maka, dari segala proses pendidikan yang ada. Terdapat, beberapa tujuan yang hendak dicapai. Meski, setiap peserta didik maupun lembaga pendidikan mempunyai tujuan tertentu, yang paling terpenting adalah moral serta karakter yang dimilikinya. Karena, pembentukan karakter seseorang adalah akhir dari proses pendidikan.



PENUTUP

Demikianlah sebuah artikel dengan judul ‘Pendidikan dan Pembentukan Karakter Berbasis Pesantren Dalam Tantangan Zaman’ semoga tulisan ini menjadi bermanfaat. Tulisan ini bukanlah hanya sekedar tulisan yang ditulis oleh penulis melainkan supaya bisa diambil hikmah dan manfaatnya bagi penulis sendiri maupun pembaca.
Kurang lebihnya mohon maaf yang sebesar-besarrnya, kalau ada beberapa patah kata atau lebih yang kurang berkenan dalam penulisan ini. Mohon dimaafkan sebesar-besarnya. Karena manusia adalah tempat salah juga lupa. Syukron Katsiiron.



DAFTAR PUSTAKA

Djaelani, Dr. H. Moh. Solikodin, M.M., M.Si. dkk, Dasar-Dasar Kependidikan, Tangerang, Pustaka Mandiri, 2014
Kementrian Agama RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik (Pendidikan, Pengembangan Karakter dan Pengembangan Sumber Daya Manusia), Jakarta, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010
M Taufiq Fadhlurrahman, Majalah Gontor (Muallimin Tren Baru Pendidikan Nasional)Edisi 1 Tahun XIV Rajab-Sya’ban 1437/Mei 2016
Indra Ari Fajari, dikutip dari Majalah Gontor #Edisi 1 tahun XIV Raja-Sya’ban 1437/Mei 2016 (Pesantren, lembaga pendidikan asli Indonesia), PT Gontor Media Jaya, Jakarta Selatan, Mei 2016
Muhammad Khaerul Muttaqien dan Edithya Miranti, dikutip dari Majalah Gontor #Edisi 9 tahn XV Rabiul Akhir-Jumadal Awal 1439/Januaro\i 2018 (Ketika Pesantren Jadi Pilihan Utama), PT Gontor Media Jaya, Jakarta Selatan, 2018





[1] Q.S. An-Nahl : 78
[2] Kementrian Agama RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik (Pendidikan, Pengembangan Karakter dan Pengembangan Sumber Daya Manusia), Jakarta, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010
[3] M Taufiq Fadhlurrahman, Majalah Gontor (Muallimin Tren Baru Pendidikan Nasional), Edisi 1 Tahun XIV Rajab-Sya’ban 1437/Mei 2016
[4]Kementrian Agama RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik (Pendidikan, Pengembangan Karakter dan Pengembangan Sumber Daya Manusia), Jakarta, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010
[5] Q.S. Al-Mujadalah : 11
[6] Indra Ari Fajari, dikutip dari Majalah Gontor #Edisi 1 tahun XIV Raja-Sya’ban 1437/Mei 2016 (Pesantren, lembaga pendidikan asli Indonesia), PT Gontor Media Jaya, Jakarta Selatan, Mei 2016
[7] Muhammad Khaerul Muttaqien dan Edithya Miranti, dikutip dari Majalah Gontor #Edisi 9 tahn XV Rabiul Akhir-Jumadal Awal 1439/Januaro\i 2018 (Ketika Pesantren Jadi Pilihan Utama), PT Gontor Media Jaya, Jakarta Selatan, 2018
[8] Kementrian Agama RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik (Pendidikan, Pengembangan Karakter dan Pengembangan Sumber Daya Manusia), Jakarta, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010